KROMATOGRAFI GAS

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KROMOTOGRAFI
PERCOBAAN IV
KROMATOGRAFI GAS









NAMA            : Muhammad Aminuddin
NIM                : J0B113221
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN        : Lulu Mukhoiyaroh












PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014


PERCOBAAN IV
KROMATOGRAFI GAS
I.          TUJUAN PERCOBAAN
                        Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui prinsip dari kromatografi gas-spektroskopi massa dan menganalisis kandungan minyak atsiri dari daun tenggulun dengan kromatografi gas-spektroskopi massa.

II.        TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat Indonesia telah lama menge-nal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman yang secara turun temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya hingga sekarang (Wijayakusuma, 1992).
Penggunaan tumbuhan berkhasiat obat sebagai obat tradisional di Indonesia dibuktikan dengan adanya peninggalan berupa naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usadha (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi dan Serat Racikan Wulang Dalem (Sari, 2006). Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang cukup besar di dunia. Alam Indonesia sangat kaya dengan tumbuh-tumbuhan yang mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman seperti akar, batang, ranting, daun, bunga, ataupun buah. Jenis tanaman penghasil minyak atsiri ada 150-200 spesies. Di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Sementara itu, minyak atsiri yang beredar di pasaran dunia ada sekitar 70 jenis (Taufik, 2008).
Minyak atsiri sebagai bahan wewangian banyak digunakan pada industri parfum, penyedap masakan, ataupun obat-obatan (Guenther, 1972). Salah satu jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri adalah Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.). Tenggulun tergolong dalam famili Burseraceae. Tenggulun tumbuh menyebar di Pulau Jawa pada daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut (Kriswiyanti, 1997).
Di Bali, tumbuhan ini dikenal dengan nama Tingulun atau Tenggulun. Tenggulun merupakan salah satu tumbuhan yang mulai langka keberadaannya di wilayah Bali. Kekhasan dari daun Tenggulun ini adalah berbau asam dan mengandung minyak yang mudah menguap (Heyne, 1987). Tumbuhan Tenggulun (Protium javani-cum Burm. F.) secara tradisional daunnya telah digunakan oleh masyarakat di Bali sebagai obat sakit perut, obat batuk, dan obat mencret. Kulit batangnya dapat digunakan untuk mengobati bengkak dan kusta (Segatri, 1989).
Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri pada daun Tenggulun ini mengandung senyawa cinnamil tiglat dan miristofenon serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli (Sanjaya, 2002). Selain itu, minyak atsiri tumbuhan dari satu genus yang sama (Protium heptaphyllum AubI March.) memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dan diketahui mengandung senyawa atsiri dari golongan monoterpen dan seskuiterpen (Bandeira, et al., 1999).
Metode dan tahap-tahap pengerjaan yang telah digunakan dalam penelitian berbagai tumbuhan dari genus Protium ini adalah dengan metode fitokimia. Berdasarkan uji fitokimia dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa daun tenggulun positif mengandung senyawa dari golongan steroid dan terpenoid (Sanjaya, 2002). Komponen-komponen senyawa yang diperkirakan ada di dalam tumbuhan tersebut selama ini diidentifikasi dengan menggunakan IR, C-NMR, H-NMR, maupun GC-MS (Bandeira, et al., 1999; Maria, et al., 1995).
Kromatografi gas-cair merupakan cara/teknik yang paling sesuai untuk mengidentifikasi minyak atsiri karena dengan cara ini memungkinkan sekaligus analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam kromatografi gas, sampel cairan disuntikkan ke dalam ruang injeksi dengan jarum injeksi melalui klep khusus. Sampel akan terbawa melalui kolom. Di dalam kolom, sampel akan dipisahkan satu dengan yang lainnya dan kemudian diteruskan ke detektor berupa signal/isyarat listrik. Selanjutnya akan direkam berupa pulsa-pulsa di rekorder. Puncak-puncak spektrum tersebut akan dilewatkan ke spektrometer massa untuk mengetahui massa molekul relatif (Mr) dan pola fragmentasinya (Lafferty, 1988).

III.       ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas saring, aluminium foil, gelas beaker, gelas ukur, pipet volume, pipet tetes, botol vial, corong pisah, corong kaca, spuit, spatula, statif, klem, seperangkat alat destilasi uap, dan seperangkat alat kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) tipe Shimadzu QP-2010S.
B. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.) yang diambil di seputaran wilayah Bukit Jimbaran, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung pada bulan Januari 2012 yang sebelumnya sudah di determinasi di UPT LIPI Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Tabanan, Bali pada bulan November 2011. Sedangkan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, Natrium sulfat anhidrat (p.a.), Natrium klorida (p.a.), dan vaselin.

IV.       METODE PERCOBAAN
A. Preparasi Sampel
Sampel daun Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.) dikumpulkan secara bertahap dan random (tua maupun muda) dari wilayah Bukit Jimbaran pada Bulan Januari 2012. Daun yang sudah terkumpul, selanjutnya dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air, kemudian dipotong hingga menjadi bagian yang lebih kecil. Karena pengerjaannya menggunakan jaringan segar, maka kondisi daun diusahakan agar tetap terjaga kesegarannya (Sanjaya, 2002).


B. Isolasi minyak atsiri dengan metode destilasi uap
Kira-kira sebanyak 6 kg daun Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.) dalam keadaan masih cukup segar, dipotong menjadi bagian yang lebih kecil dan diberi air sampai menutupi sampel, kemudian didestilasi dengan alat destilasi uap. Proses destilasi ini dilakukan sebanyak tiga kali, dimana pada setiap tahapnya digunakan 2 kg daun Tenggulun. Alat destilasi uap ini dilengkapi dengan dandang bertutup rapat yang dapat menampung sampel dalam jumlah yang banyak dan dihubungkan dengan kondensor. Selama proses destilasi ini berlangsung, partikel-partikel minyak pada bahan baku akan terbawa bersama uap dan dialirkan pada kondensor. Di dalam alat pen-dingin/kondensor terjadi proses pengembunan, sehingga uap air yang bercampur dengan minyak akan mengembun dan tertampung di dalam buret. Setelah itu, campuran air dan minyak di dalam buret dipisahkan (Guenther, 1990). Fase airnya dikeluarkan dan ditampung pada botol penampung, kemudian ditambahkan dengan Natrium klorida untuk memisahkan kemungkinan adanya sisa-sisa minyak yang masih teremulsi dalam air, dimana Natrium klorida yang bersifat polar akan cenderung berikatan dengan molekul air yang bersifat polar sesuai dengan pernyataan “Like Dissolved Like“, sehingga minyak yang teremulsi dalam air akan terpisah dan terlihat lebih jelas, sedangkan fase minyaknya dikeluarkan dan ditampung pada botol vial. Minyak atsiri yang dihasilkan dari pemisahan di fase air selanjutnya digabung menjadi satu dengan destilat minyak atsiri hasil isolasi yang telah diperoleh sebelumnya. Untuk menghilangkan sisa-sisa air yang masih terting-gal dalam minyak atsiri, maka ke dalam destilat minyak atsiri tersebut ditambahkan dengan Natrium sulfat anhidrat (Guenther, 1990).
C. Analisis dengan kromatografi gas-spektrometer massa
Minyak atsiri yang telah murni selanjutnya dianalisis dengan GC-MS untuk mengetahui komponen golongan senyawa kimia penyusun minyak atsiri daun Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.). Spektrum massa yang diperoleh dari sampel minyak atsiri daun Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.) dibandingkan dengan spektrum massa dari senyawa pembanding yang diketahui dalam database dan telah terprogram pada alat GC-MS (Sanjaya, 2002).

V.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Isolasi Minyak Atsiri Daun Tenggulun dengan Destilasi Uap.
No

Jumlah Sampel
(kg)
Berat Botol Kosong
(g)
Berat
Botol+Minyak
(g)
Berat Minyak
(g)
Volume Minyak
(mL)
Massa Jenis Minyak
(g/mL)
Rendemen
(%)
1
2,00
10,7816
12,5761
1,7945
1,80
0,9969
0,0897
2
2,00
10,8452
12,4815
1,6363
1,90
0,8612
0,0818
3
2,00
10,9627
12,3970
1,4343
1,70
0,8437
0,0717
Rata-rata ± SD :
1,6217±0,18
1,80±0,10
0,9006±0,08
0,0811±0,01

Tabel 2. Dugaan Senyawa-senyawa Atsiri pada Kromatogram Minyak Atsiri Daun Tenggulun Berdasarkan Database WILEY229.LIB
No
Puncak Senyawa
Waktu Retensi (menit)
% Area
M+
Senyawa Dugaan
Golongan Senyawa
1
Puncak 3
4,961
0,36
136
α-pinen
Monoterpen
2
Puncak 6
10,097
49,87
136
β-ocimen
Monoterpen
3
Puncak 7
15,990
2,38
204
β-elemen

Seskuiterpen
4
Puncak 8
16,197
24,95
204
β-kariofilen
Seskuiterpen
5
Puncak 9
17,210
2,98
204
α-humulen
Seskuiterpen
6
Puncak 10
17,741
0,46
204
α-amorpen
Seskuiterpen
7
Puncak 11
18,026
4,01
204
Germacren
Seskuiterpen
8
Puncak 15
21,232
0,81
220
Kariofilen  oksida
Seskuiterpen
9
Puncak 16
22,881
2,64
220
Spatulenol
Seskuiterpen


Gambar 1. Kromatogram Minyak Atsiri Daun Tenggulun

Gambar 2. A) Spektrum Massa Senyawa Puncak 6 (B) Spektrum Massa Senyawa β-ocimen
A)
B)
Gambar 3. (A) Spektrum Massa Senyawa Puncak 8 (B) Spektrum Massa Senyawa β- kariofilen
A)
B)

B. Pembahasan
Minyak atsiri yang diperoleh dari proses isolasi 6 kg daun tenggulun ini berwarna kuning muda sebanyak 5,40 mL, massa jenis sebesar 0,9006 g/mL, dan dengan nilai rendemen sebesar 0,08%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sanjaya (2002), disebutkan bahwa massa jenis minyak atsiri daun tenggulun dari famili Burseraceae berkisar antara 0,8700 sampai 1,0240 g/mL. Amaral, et al. (2009) melaporkan bahwa minyak atsiri dari satu genus tumbuhan yang sama, yaitu Protium heptaphyllum AubI March. yang dihasilkan dari proses destilasi uap ini sebanyak 2,11 % (b/b). Perbedaan hasil yang didapatkan ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan keadaan geografis serta kecanggihan teknologi dalam proses destilasi minyak atsiri.
Minyak atsiri yang telah diperoleh selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan GC-MS untuk mengetahui komponen senyawa-senyawa atsiri penyusun minyak atsiri daun Tenggulun. Hasil isolasi minyak atsiri daun tenggulun dengan destilasi uap dapat dilihat pada Tabel 1. Kromatogram hasil isolasi minyak atsiri daun Tenggulun dengan menggunakan kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) menunjukkan delapan belas puncak senyawa dengan sembilan puncak senyawa utama yang teridentifikasi masuk dalam golongan minyak atsiri, dimana dari kesembilan puncak senyawa tersebut dilaporkan terdapat dua puncak senyawa dengan kelimpahan relatif yang cukup besar, yaitu 49,87 % serta 24,95 % dan tujuh puncak senyawa lainnya dengan kelimpahan relatif yang cukup kecil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Puncak-puncak senyawa pada kromatogram yang termasuk dalam golongan minyak atsiri antara lain puncak 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15, dan 16. Seluruh puncak senyawa ini selanjutnya diidentifikasi dengan menganalisis spektrum massanya. Hasil spektrum massa masing-masing puncak kemudian dibandingkan dengan spektrum massa yang terdapat dalam database, sehingga dapat diduga senyawa-senyawa atsiri penyusun minyak atsiri daun Tenggulun. Perkiraan senyawa-senyawa atsiri berdasarkan database WILEY229.LIB dapat dilihat pada Tabel 2.
Senyawa puncak 6 dari kromatogram yang memiliki waktu retensi (tR) 10,097 menit dan dengan persentase luas puncak sebesar 49,87 % menghasilkan spektrum massa seperti pada Gambar 2. Spektrum massa di atas menunjukkan ion molekuler (M+) dengan m/z 136 dan memiliki nilai puncak (M+1) dengan m/z 137. Setelah itu, dilakukan analisis data dengan pendekatan Tabel Beynon diperoleh % M+1 yaitu 11,06 %, sehingga dapat dihitung jumlah atom C pada senyawa yaitu ± 10 atom C. Berat molekul yang genap tersebut dapat menunjukkan bahwa komponen senyawa itu tidak mengandung atom N atau mengandung jumlah atom N yang genap. Rumus molekul yang paling mungkin dari Tabel Beynon adalah C10H16. Perhitungan harga DBE diperoleh jumlah kesetaraan ikatan rangkap ekivalen sebanyak 3 buah ikatan rangkap (Silverstein, et al., 1991). Berdasarkan hasil korelasi dari pendekatan database WILEY229.LIB, maka diduga senyawa pada puncak 6 adalah β-ocimen. Senyawa β-ocimen memiliki struktur seperti pada Gambar 3.
Gambar 4. Struktur Senyawa β-ocimen

Spektrum massa di atas menunjukkan ion molekuler (M+) dengan m/z 204 dan memiliki nilai puncak (M+1) dengan m/z 205. Setelah itu, dilakukan analisis data dengan pendekatan Tabel Beynon diperoleh % M+1 yaitu 16,59 %, sehingga dapat dihitung jumlah atom C pada senyawa yaitu ± 15 atom C. Berat molekul yang genap tersebut dapat menunjukkan bahwa komponen senyawa itu tidak mengandung atom N atau mengandung jumlah atom N yang genap. Rumus molekul yang paling mungkin dari Tabel Beynon adalah C15H24. Perhitungan harga DBE diperoleh jumlah kesetaraan ikatan rangkap ekivalen sebanyak 4 buah ikatan rangkap (Silverstein, et al., 1991). Berdasarkan hasil korelasi dari pendekatan database WILEY229.LIB, maka diduga senyawa pada puncak 8 adalah β-kariofilen. Senyawa β-kariofilen memiliki struktur seperti pada gambar 5.
Gambar 5. Struktur Senyawa β-kariofilen

Minyak atsiri sebagian besar tersusun atas komponen monoterpen dan seskuiterpen. Berdasarkan Tabel 2. senyawa yang termasuk golongan monoterpen ada dua, yaitu α-pinen dan β-ocimen, sedangkan senyawa yang termasuk golongan seskuiterpen ada tujuh, yaitu α-amorpen, α-humulen, β-elemen, β-kariofilen, germacren, kariofilen oksida, dan spatulenol. Perbedaan yang cukup signifikan antara kesemua senyawa ini adalah jumlah ikatan rangkap, posisi ikatan rangkap, dan titik didihnya, dimana senyawa dengan titik didih yang lebih rendah dan senyawa dengan massa molekul yang lebih rendah akan keluar lebih awal dari kolom dan langsung di deteksi melalui spektrometer massa berdasarkan pola fragmentasinya.

V.        KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah :
1.      Senyawa-senyawa atsiri yang teridentifikasi dengan GC-MS dalam minyak atsiri daun Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.) merupakan kombinasi senyawa golongan monoterpen dan seskuiterpen seperti β-ocimen (49.87 %), α-pinen (0.36 %), β-kariofilen (24.95 %), germacren (4.01 %), α-humulen (2.98 %), β-elemen (2.38 %), kariofilen oksida (0.81 %), α-amorpen (0.46 %), dan spatulenol (2.64 %).


  
DAFTAR PUSTAKA
Amaral, M. P. M., Braga, F. A. V., Passos, F. F. B., Almeida, F. R. C., Oliveira, R. C. M., Carvalho, A. A., Chaves, M. H., and Oliveira, F. A., 2009, Additional Evidence for The Anti-inflammatory Properties of The Essential Oil of Protium heptaphyllum Resin in Mice and Rats, J. Pharmachology Research., 28 (5) : 775-782

Bandeira, P. N., M. I. L. Machado., F. S. Cavalcanti., and T. L. G. Lemos., 1999, Essential Oil Composition of Leaves, Fruits, and Resin of Protium heptaphyllum (AuBl) March, J. Essential Oil Research., 48 : 33-34

Guenther, E., 1972, Minyak Atsiri, Jilid IV A, a.b. Ketaren S, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia II, Edisi I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta

Kriswiyanti, E., 1997, Identifikasi, Struktur Anatomi, dan Studi Pendahuluan Golongan Senyawa Kimia Daun Pelengkap Bumbu Lawar dan Betutu, Laporan Penelitian Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Lafferty, F. W., 1988, Interpretasi Spektra Massa, Edisi Ketiga, a.b. Hardjono Sastrohamidjojo, Fakultas MIPA, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Maria, Das G. B. Zoghbi and Jose G. S. Mala., 1995, Volatile Constituents From Leaves and Stem of Protium heptaphyllum (AuBl) March, J. Essential Oil Research., 7 : 541-543
Sari, L. O. R. K., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3 (1) : 1-7

Sanjaya, I. M. A., 2002, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Atsiri Yang Memiliki Aktivitas Antibakteri Pada Daun Tenggulun (Protium javanicum Burm. F.), Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Silverstein, R. M., G. C. Bassler., T. C. Morrill., 1991, Spectrometric Identification of Organic Compounds, John Wiley and Sons, New York

Segatri, 1989, Taru Pramana Khasiat Tanam-tanaman Untuk Obat Tradisional, Penerbit Upada Sastra, Denpasar

Taufik, A. T., 2008, Menyuling Minyak Atsiri, Cetakan Pertama, PT Intan Sejati, Klaten


Wijayakusuma, H., 1992, Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia, Jilid 4, Pustaka Kartini, Jakarta

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "KROMATOGRAFI GAS"

Post a Comment