KROMATOGRAFI KOLOM

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KROMATOGRAFI
PERCOBAAN III
KROMATOGRAFI KOLOM



 







                                                                                      
NAMA                :  Muhammad Aminuddin
NIM                    :  J0B113221
KELOMPOK    :  IV (EMPAT)
ASISTEN           :  Lulu Mukhoiyaroh





PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014



                   PERCOBAAN III
         KROMATOGRAFI KOLOM
I.          TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk memisahkan pigmen dalam berbagai sampel daun dengan kromatografi kolom.

II.          TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Hendayana, 2010).
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat dari pada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan (Khopkar, 2010).
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah kolom untuk 2mengendalikan aliran zat cair. Ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8:1, sedangkan jumlah penyerapnya adalah 25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan. Meskipun tersedia berbagai macam kolom dari bahan gelas, namun kadang-kadang buret juga dapat digunakan (Sodiq,  2005).
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal ditemukan dari mekanismenya, kromatografi kolom merupakan terapan atau absobsi yang tidak boleh larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam.  Zat pengotor yang terdapat pada  fasa diam dapat menyebabkan absorpsi tidak reversible sebagai fasa diam digunakan alumina, silica gel, arang, bauksit, magnesium karbonat, kalsium karbonat, talk, pati, sekelator, gula dan tanah diatom. Fasa gerak pada kromatografi kolom dapat  berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa pelarut polar dan nonpolar. Umumnya senyawa nonpolar dengan  berat molekul lebih cepat meninggalkan fasa diam (Soebagio, 2000).  Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang – kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja sampai 100 kali. Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom (Simatupang, 2011).
Kromatografi kolom bertujuan untuk mengisolasi komponen kurkumin dari campurannya. Pada kromatografi kolom ini digunakan kolom dengan adsorben silica gel karena kolom yang dibentukdengan silica gel memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur. silika gel dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silica gel mampu menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal (Underwood, 2002).

III.          ALAT DAN BAHAN
A.      Alat
Alat- alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur, gelas piala, kertas Whatman No. 42, kolom, lampu UV, neraca analitik, oven, penggaris, pensil, pipa kapiler, dan ruang pengembang.
B.       Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah metanol, n-heksana, dan sampel daun.

IV.          PROSEDUR KERJA
A.      Persiapan Kolom
1.    Menimbang sebanyak 20 gram silika, masukkan kedalam ooven pada suhu 105oC selama 30 menit. Kemudian masukkan kedalam gelas piala dan diaduk dengan pelarut n-heksana hingga menjadi lumpuran.
2.    Menyumbat ujung kolom dengan kapas, kemudian isi kolom dengan pelarut dan masukkan lumpuran silika hingga tinggi kolom mencapai 10 cm.
3.    Mengetuk-ketuk dinding kolom agar silika tertata rapi dan tidak mengandung gelembung udara serta tidak retak.
B.       Pemisahan Pigmen dalam Sampel Daun
1.    Melarutkan ekstrak padat (dari percobaan II) dengan n-heksana : aseton (7:3) sampai larut.
2.    Memasukkan sampel daun kedalam kolom yang sudah disiapkan secara hati-hati dengan pipet.
3.    Mengelusi kolom dengan 15 ml n-heksana, dengan kecepatan 2 ml/menit. Tampung eluat dalam botol, dengan fraksi-fraksi tiap 5 ml.
4.    Mengelusi kolom dengan 15 ml n-heksana : aseton (7:3), tampung fraksi-fraksi lagi.
5.    Mengelusi kolom dengan 15 ml aseton, tampung fraksi-fraksi lagi.
6.    Mengelusi kolom dengan 15 ml aseton : metanol 8:2), tampung fraksi-fraksi lagi.
7.    Menguji masing-masing fraksi dengan KLT, amati jenis pigmen apa saja yang terdapat dalam tiap fraksi.

V.          HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           Hasil dan Perhitungan
1.      Hasil
No.
Prosedur Kerja
Hasil
Gambar
1.       





      2.
Persiapan kolom :
Menimbang 20 gram silika, masukkan kedalam oven, lalu masukkan kedalam gelas piala, aduk dengan pelarut
Pemisahan pigmen :
Ekstrak sampel padat dilarutkan dengan n-heksana : aseton (7:3), masukkan ke kolom, dielusi dengan n-heksana, eluat ditampung dalam botol
Bentuk lumpuran berwarna putih




Fraksi 1 berwarna kuning kecoklatan dan fraksi 2 berwarna kuning muda

2.     
Uji KLT :
Sampel daun jambu biji (ekstrak)




Botol vial 1 (n-heksana)


Menghasilkan 5 bercak noda pada KLT


Menghasilkan 2 bercak noda

Botol vial 2 (n-heksana : aseton (7:3))
Menghasilkan 3 bercak noda

Botol vial 3 (aseton)
Menghasilkan 4 bercak noda

Botol vial 4 (aseton : methanol (6 : 1,5))
Menghasilkan 6 bercak noda

 5=

B.            Pembahasan
Kromatografi kolom adalah teknik pemisahan dengan menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair. Mekanisme pemisahan komponen dengan kromatogrfi kolom mempunyai mekanisme yang sama seferti KLT. Pemisahan didasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi intermolekul antara komponen yang dipisahkan dengan fasa diam  dan pasa gerak.
Pada percobaan ini, kolom terlebih dahulu dicuci dengan air, kemudian dibilas menggunakan metenol, dengan tujuan agar kotoran yang masih melekat tidak ikut tercampur saat melakukan reaksi dan untuk menghilangkan air yang masih tersisa karena juga dapat mempengaruhi reaksi yang akan terjadi. Dilakukan penyumbatan kolom dengan menggunakan kapas, kemudian dimasukkan 3 gram silika gel dan n-heksan dahulu, kemudian ekstraknya agar silika tertata rapi dan tidak mengandung gelembung udara serta tidak retak. Kemudian dielusi dengan n- heksan sampai adanya fraksi, dimana masing-masing fraksi mengandung satu komponen yang identitasnya ditentukan dengan kromatografi lapis tipis. Peralatan kromatografi kolom sangat sederhana. Kolom dilengkapi dengan kran untuk mengatur aliran pelarut dan penyumbat kapas untuk menahan fase diam. Fase diamnya yaitu silika gel dan fase geraknya n- heksan.
Dalam pelaksanaan pemisahan dengan teknik ini, pertama-tama campuran diletakkan dibagian atas kolom yang berisi fase diam. Fase gerak kemudian dialirkan pelan-pelan dan dibiarkan mengalir melalui kolom tersebut. Pada saat bergerak, fase gerak membawa campuran kebawah. Karena setiap komponen dalam campuran mempunyai koefisien distribusi yang berbeda, maka kecepatan migrasinya juga berbeda. Perbedaan kecepatan inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan komponen dalam campuran. Kemudian pelarut yang menetes atau eluen keluar dari kolom dan ditampung fraksinya. Komponen pertama keluar dari kolom adalah komponen kurang polar, karena silika berikatan lebih erat dengan senyawa polar, sehingga senyawa polarnya lama berada dalam kolom. Pelarut yang lebih polar  membawa senyawa yang kurang polar lebih cepat melintasi kolom, karena senyawa tersebut kurang berinteraksi dengan fase yang polar dan hanya berada dalam kolom untuk waktu yang berbeda-beda.
Praktikum kali ini melakukan pemisahan pigmen dalam sampel daun jambu biji dengan cara mengelusi kolom dengan pelarut n-heksana, n-heksana : aseton (7:3), aseton, dan aseton : metanol (6:1,5). Hasil yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah pada sampel daun jambu biji (ekstrak) terdapat lima bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf10,948; Rf2 0,775; Rf3 0,603; Rf4 0,448; dan Rf50,431. Pada pelarut n-heksana terdapat dua bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,883; dan Rf2 0,7. Pada pelarut n-heksana : aseton (7:3)  terdapat tiga bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,833; Rf2 0,633; dan Rf30,55. Pada pelarut aseton terdapat empat bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,833; Rf2 0,6; Rf3 0,55; dan Rf40,433. Pada pelarut aseton : metanol (6:1,5) terdapat enam bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,833; Rf2 0,6; Rf30,55; Rf4 0,433; Rf5 0,383; dan Rf6 0,233.


VI.          KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari perobaan ini adalah :
1.         Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa komponen-komponen berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi masing-masing komponen diantara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
2.         Hasil yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah pada sampel daun jambu biji (ekstrak) terdapat lima bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,948; Rf2 0,775; Rf30,603; Rf4 0,448; dan Rf5 0,431. Pada pelarut n-heksana terdapat dua bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,883; dan Rf2 0,7. Pada pelarut n-heksana : aseton (7:3)  terdapat tiga bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,833; Rf2 0,633; dan Rf30,55. Pada pelarut aseton terdapat empat bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,833; Rf2 0,6; Rf3 0,55; dan Rf40,433. Pada pelarut aseton : metanol (6:1,5) terdapat enam bercak noda yang bernilai Rf antara lain Rf1 0,833; Rf2 0,6; Rf30,55; Rf4 0,433; Rf5 0,383; dan Rf6 0,233.



                              DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, S. 2010. Kimia Pemisahan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Sodiq, M. I. 2005. Kimia Analitik I. Universitas Negeri Malang. Malang

Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta

Simatupang, M. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Seri (Muntingia calabura l.). FMIPA Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang. JICA

Underwood, A. L. 2002. Analitik Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "KROMATOGRAFI KOLOM"

Post a Comment