LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS KUALITATIF
PERCOBAAN IV
LEMAK DAN PENYABUNAN
OLEH :
NAMA : MUHAMMAD AMINUDDIN
NIM : J0B113221
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN : NOOR RAKHMAH
PROGRAM STUDI D3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013
PERCOBAAN IV
LEMAK DAN PENYABUNAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat lemak dan reaksi penyabunan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga (Girindra, 1986).
Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam lemak (asam karboksilat). secara umum lemak (fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida yaitu senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter (Girindra, 1986).
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzena, kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air (Girindra, 1986).
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini (Lehninger, 1988).
Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak memebentuk : Monogliserida dengan 1 asam lemak, digliserida dengan 2 asam lemak, trigliserida dengan 3 asam lemak. Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air (Lehninger, 1988).
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Poedjiadi, 1994).
Lipid merupakan senyawa yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar. Sebagai akibat sifat-sifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak larut dalam air (Poedjiadi, 1994). Lemak merupakan sekelompok besar molekul asam yang terdiri atas unsur-unsur karbon hidrogen dan oksigen meliputi asam lemak, malam, seterol vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (contohnya A,D,E, dan K) lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewan pada suhu ruangan lepas dan wujudnya yang padat atau cair yang terdapat pada jaringan tubuh yang di sebut adiposa. Lemak yang kita kenal dalam bentuk cair termasuk dalam senyawa yang disebut lipida. Lemak dan minyak dalam istilah kimia adalah senyawa triacylgliserol, pemecahan atau hidrolisasi tricoyliseral akan menghasilkan senyawa gliseroldan asam lemak pada lemak, asam lemak sebagian besar adalah asam lemak jenuh. Sedangkan pada minyak sebagian besar adalah asam lemak jenuh. Sedangkan pada minyak sebagian besar adalah asam lemak tidak jenuh (Sunaryam, 2003).
Asam lemak yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua hidrogen yang dapat diikatnya dinamakan asam lemak jenuh. Asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap dimana sebetulnya dapat diikat tambahan atom hidrogen dinamakan asam lemak tidak jenuh. Lipida hewani terutama mengandung asam lemak jenuh rantai panjang, yaitu asam palmitat dan asam stearat. Asam lemak omega-3 yang mempunyai arti khusus dalam ilmu gizi adalah alfa asam dokosaheksaenoat. Kekurangan asam lemak esensial menghambat pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal dan hati. Kekurangan asam lemak omega-3 menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan (Poedjiadi, 1994).
Suatu asam lemak merupakan suatu rantai hodrokarbon dengan suatu gugusan karboksil terminal, telah di identifikasi lebih dari 70 asam lemak yang tersedia di alam. Walaupun asam lemak berantai pendek, contohnya, asam lemak berantai empat atau enam adalah lazim ditemukan, namun triasilgliserol utama ditemukan pada tumbuh-tumbuhan memiliki asam lemak dengan jumlah atom karbon genap, dengan panjang 14 hingga 22 karbon. Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan ganda C=C dalam strukturnya, sementara asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan ganda, yang kadang-kadang berada dalam konfigurasi geometris cis. Asam lemak tidak jenuh paling melimpah memiliki satu atau dua ikatan ganda (masing-masing, asam lemak monoenoat dan dienoat); namun, asam lemak olefinik dengan tiga (trienoat) dan empat (tetraenoat) ikatan ganda juga ditemukan secara alamiah (Sirajuddin, 2011).
Molekul asam lemak memiliki daerah hidrofobik dan daerah hidrofilik sekaligus. Dua sifat yang saling bertolak belakang dalam satu molekul inilah yang umumnya mendasari berbagai fungsi biologis lipid. Ekor hidrokarbon asam lemak cenderung saling berkumpul sedemikian rupa sehingga hanya sedikit saja berhubungan dengan air. Sebaliknya, gugus karboksilnya, karena bersifat polar, cenderung untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar yang terutama terdiri atas air (Sirajuddin, 2011).
Asam lemak adalah asam lemah. Apabila larut dalam air molekul asam lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Dalam hal ini pH larutan tergantung pada konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing-masing asam lemak. Rumus pH untuk asam lemah pada umumnya telah dikemukakan oleh Henderson-Hasselbach. Asam lemak dapat bereaksi dengan basa, membentuk garam (Kurnia, 1983).
Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Sabun kalium disebut sabun lunak dan digunakan untuk sabun bayi. Asam lemak yang digunakan pada sabun pada umumnya adalah asam palmitat atau stearat. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol. Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt atau Ni, asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh, dan melalui proses penyabunan dengan basa NaOH atau KOH akan terbentuk sabun dan gliserol (Kurnia, 1983).
Lipid memiliki reaksi kimia yang khas, antara lain:
a. Hidrolisis
Hidrolisis lipid seperti triasilgliserol dapat dilakukan secara enzimatik dengan bantuan lipase, menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Sifat lipase pankreas dapat dimanfaatkan yang lebih suka memecahkan ikatan ester pada posisi 1 dan 3 daripada posisi 2 dari triasilgliserol.
b. Penyabunan
Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan. yang dihasilkan adalah gliserol dan garam alkali asam lemak yang disebut sabun.
c. Penguraian (kerusakan, ketengikan) lipid
Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada lemak. Penyebabnya antara lain auto oksidasi, hidrolisis dan kegiatan bakteri (Hawab, 2003).
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang di perlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui (Damin, 2008).
Dalam penetapan bilangan penyabunan, misalnya larutan alkali yang digunakan adalah larutan KOH, yang diukur dengan hati-hati kedalam tabung dengan buret atau pipet. Besarnya jumlah ion yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tak jenuh, ikatan rangkap yang terdapat pada minyak yang tak jenuh akan bereaksi dengan iod. Gliserida dengan tingkat ketidak jenuhan yang tinggi akan mengikat ion dalam jumlah yang lebih besar (Damin, 2008).
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi denngan satu molekul minyak atau lemak, larutan alkali yang tinggi ditentukan dengan titrasi menggunakan HCl sehingga KOH yang bereaksi dapat diketahui (Damin, 2008).
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak (Damin, 2008).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes, penangas air, gelas ukur, tabung reaksi dan rak tabung.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak goreng, mentega, sabun encer (Total), sabun pekat (Lux), aquadest, larutan H2SO4, larutan natrium sulfit, indikator fenolftalin, alkohol, kloroform, aseton, larutan NaOH, larutan NaCl.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Uji Kelarutan
a. Disiapkan 12 tabung reaksi, 6 untuk minyakdan 6 untuk mentega
b. Di isi masing-masing dengan aquadest, H2SO4 encer, larutan natrium sulfit, alkohol, kloroform, dan aseton sebanyak 1 ml.
c. Ditetesi dengan sampel (minyak dan mentega) pada masing-masing tabung sebanyak 1 ml.
d. Dikocok dan amati kelarutan dari masing-masing tabung.
2. Penyabunan
a. Disiapkan 2 tabung reaksi.
b. Dimasukkan sampel (minyak dan mentega) ke dalammasing-masing tabung reaksi sebanyak 1 ml.
c. Ditambahkan larutan NaOH sebanyak 4 ml.
d. Dipanaskan pada temperatur 800C-1000C selama 30 menit hingga terbentuk 2 fase.
e. Ditambahkan lagi larutan NaCl sebanyak 2 ml dan akan tebentuk endapan.
f. Diambil endapan menggunakan penyaring, setelah itu tambahkan air, kocok kuat.
g. Diamati hasil yang terjadi.
3. Pembentukan Emulsi
a. Disiapkan 2 tabung reaksi.
b. Dimasukkan sampel (sabun cair dan air) kedalam masing-masing tabung sebanyak 1 ml
c. Dimasukkan minyak sebanyak 0,5 ml
d. Dikocok kuat tabung reaksi
e. Diamati hasil yang terjadi.
4. Hidrolisis Sabun
a. Disiapkan 2 tabung reaksi.
b. Diencerkan masing-masing sampel dengan cara masukkan sampel 1 ml kemudian tambahkan aquadest sebanyak 50 ml, aduk ad homogen.
c. Dimasukkan masing-masing sampel yang telah dilarutkan sebanyak 1ml.
d. Ditambahkan indikator fenolftalin sebanyak 2 tetes.
e. Diamati hasil yang terjadi.
f. Diencerkan dengan aquadest sampai warna menjadi bening (1:250 ml).
g. Diamati hasil yang terjadi sesudah penambahan aquadest.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini adalah :
- Uji Kelarutan
No. | Sampel + Minyak | Hasil | |
Kelarutan | Letak Minyak | ||
1. | Aquadest | Larutan memisah | Di atas |
2. | H2SO4 encer | Larutan memisah | Di atas |
3. | Natrium Sulfit | Larutan tercampur | Tercampur |
4. | Alkohol | Larutan tercampur | Tercampur |
4. | Kloroform | Larutan tercampur | Tercampur |
6. | Aseton | Larutan tercampur | Tercampur |
No. | Sampel + Mentega | Hasil | |
Kelarutan | Letak Mentega | ||
1. | Aquadest | Larutan memisah | Di bawah |
2. | H2SO4 encer | Larutan memisah | Di atas |
3. | Natrium Sulfit | Larutan memisah | Di atas |
4. | Alkohol | Larutan memisah | Di bawah |
4. | Kloroform | Larutan tercampur | Tercampur |
6. | Aseton | Larutan tercampur | Tercampur |
- Penyabunan
No. | Sampel | Hasil | |
Sebelum | Sesudah | ||
1. | Mentega + NaOH + NaCl | Larutan memisah | Minyak terletak di atas |
Endapan + Air | Larutan memisah | Terjadi penyabunan dan terdapat 3 lapisan. Lapisan atas mentega (kuning), lapisan tengah (keruh), lapisan bawah ( bening). | |
2. | Minyak + NaOH + NaCl | Larutan memisah | Minyak terletak di atas |
Endapan + Air | Larutan memisah | Terjadi penyabunan. Warna larutan putih keruh dan berbusa pada permukaannya. |
- Pembentukkan Emulsi
No. | Sampel + Minyak | Hasil |
1. | Sabun Encer Total | Larut dalam minyak, berwarna putih susu berbuih. |
2. | Sabun Pekat Lux | Larut dalam minyak, berwarna kuning susu berbuih. |
- Hidrolisis Sabun
No. | Sampel | Hasil |
1. | Sabun encer Total + Indikator fenolftalein | Warna larutan menjadi ungu tua. |
Sabun encer Total + Indikator fenolftalein + 245 ml air | Berubah warna menjadi putih bening. | |
2. | Sabun pekat Lux + Indikator fenolftalein | Warna larutan menjadi ungu muda. |
Sabun pekat Lux + Indikator fenolftalein + 130 ml air | Berubah warna menjadi putih bening. |
B. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat lemak dan reaksi penyabunan melalui metode-metode kerja yaitu uji kelarutan, pembentukan emulsi, uji penyabunan dan hidrolisis penyabunan.
Pada percobaan ini alat-alat yang digunakan adalah gelas ukur, penangas air, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung dan batang pengaduk. Untuk bahan-bahan yang digunakan adalah minyak, mentega, sabun cair, sabun pekat, alkohol, aseton, NaOH, NaCl, indikator fenolftalin, kloroform dan H2SO4 encer.
Percobaan uji kelarutan, siapkan 12 tabung reaksi, gunakan 2 sampel (minyak dan mentega) bahan uji untuk mengamati kelarutan, kemudian masukkan aquadest, alkohol, kloroform, natrium sulfat, H2SO4 encer, dan aseton, masing-masing tabung sebanyak 1 ml, setelah itu amati hasil yang terjadi. Pada minyak hasil yang terjadi sebagai berikut : Alkohol tercampur, kloroform tercampur, aseton tercampur, H2SO4 encer tercampur, natrium sulfit tercampur dan aquadest tidak tercampur. Pada mentega hasil yang terjadi sebagai berikut : kloroform tercampur, aseton tercampur, aquadest tidak tercampur, natrium sulfit tidak tercampur, H2SO4 encer tidak tercampur, dan alkohol tidak tercampur. Hasil yang ditunjukkan pada sampel minyak dan mentega menunjukkan perbedaan kelarutan, karena tingkat kosentrasinya yang berbeda, minyak berbentuk cairan, mentega berbentuk padatan.
Percobaan uji penyabunan, larutan uji yang dipakai adalah NaOH dan NaCl. Sampel yang digunakan adalah minyak dan mentega. Mula-mula sampel dicampur dengan larutan NaOH kemudian panaskan pada suhu 800C-1000C selama 30 menit, kemudian terbentuk 2 fase. Dimana hasil 2 fase tersebut dicampurkan dengan larutan NaCl lalu membentuk endapan. Endapan tersebut kemudian dicampur dengan air, dikocok dan didapatkan hasil yang ditandai dengan terbentuk sabun berbuih. Prinsip kerja angka penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan griserol dan sabun. Sisa dari NaOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak NaOH yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel.
Percobaan uji pembentukan emulsi, sampel yang digunakan adalah sabun cair dan air. Cara kerja dari uji ini adalah dengan menyiapkan 2 tabung reaksi kemudian isi masing-masing tabung dengan sabun cair dan air, setelah itu masukkan minyak sebanyak 0,5 ml kemudian kocok kuat, amati hasil yang terjadi, untuk sabun cair yang terjadi adalah tidak mengalami perubahan apa-apa, hasilnya bening dengan sabun diatasnya, untuk air hasil yeng terjadi tidak tercampur dan membentuk 2 fase.
Percobaan uji hidrolisis sabun, sampel yang digunakan adalah sabun cair dan sabun pekat. Cara kerja dari uji ini adalah masukkan sampel ke dalam gelas beker kemudian tetesi dengan indikator fenilftalein sebanyak 2tetes. Amati perubahan warnanya. Lalu tambahkan aquadest sampai warna menjadi bening. Hitung berapa banyak aquadest yang diperlukan untuk membuat larutan menjadi bening. Hasil yang didapat adalah untuk sampel sabun pekat warna sebelum ditambah air adalah ungu dan memerukan sebanyak 130 ml aquadest untuk membuat larutan menjadi bening, pada sampel sabun cair, masukkan sampel kedalam gelas beker, tetesi dengan indikator fenolftalein 3 tetes, lalu tambahkan aquadest sampai larutan menjadi bening, Hitung berapa banyak aquadest yang diperlukan untuk membuat larutan menjadi bening. Hasil yang didapat adalah untuk sampel sabun pekat warna sebelum ditambah air adalah ungu dan memerukan sebanyak 245ml aquadest untuk membuat larutan menjadi bening.
Pada percobaan hidrolisis sabun, sabun encer yang diamati adalah sabun cuci Total, hasil yang kami dapat adalah sabun cuci Total mengandung basa yang tinggi dengan terbuktinya sabun cair Total ditambahkan indikator fenolftalin berubah menjadi larutan merah, sehingga dapat dikatakan bahwa sabun cair yang mengandung basa tinggi tidak baik untuk kulit kita, sabun pekat yang diamati adalah sabun Lux, hasil yang kami dapat adalah sabun Lux mengandung basa yang tinggi dengan terbuktinya sabun Lux ditambahkan indikator fenolftalin berubah menjadi larutan merah, sehingga dapat dikatakan bahwa sabun pekat yang mengandung basa tinggi tidak baik untuk kulit kita.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktik kali ini adalah :
1. Sabun cuci Total mengandung basa yang tinggi dengan terbuktinya sabun cair Total ditambahkan indikator fenolftalin berubah menjadi larutan merah, sehingga dapat dikatakan bahwa sabun cair yang mengandung basa tinggi tidak baik untuk kulit kita
2. Sabun Lux mengandung basa yang tinggi dengan terbuktinya sabun Lux ditambahkan indikator fenolftalin berubah menjadi larutan merah, sehingga dapat dikatakan bahwa sabun pekat yang mengandung basa tinggi tidak baik untuk kulit kita.
3. Pada uji kelarutan minyak hasil yang didapatkan adalah alkohol tercampur, kloroform tercampur, aseton tercampur, H2SO4 encer tercampur, natrium sulfit tercampur dan aquadest tidak tercampur.
4. Pada mentega hasil yang terjadi sebagai berikut : kloroform tercampur, aseton tercampur, aquadest tidak tercampur, natrium sulfit tidak tercampur, H2SO4 encer tidak tercampur, dan alkohol tidak tercampur.
DAFTAR PUSTAKA
Damin, S. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. ESG. Jakarta.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.
Hawab, H.M. 2003. Pengatar Biokimia. Bayumedia Publishing. Malang
Kurnia, K. 1983. Biokimia. Penerbit Alumni. Bandung.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga. Jakarta.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar
Belum ada tanggapan untuk "ANALISIS LEMAK DAN PENYABUNAN"
Post a Comment