MENGENAL DAN KALIBRASI ALAT SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)

PERCOBAAN IV
MENGENAL DAN KALIBRASI ALAT SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)

I.         TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja spektrofotometer FTIR, dan mahasiswa mengetahui tujuan kalibrasi alat FTIR sebagai dasar untuk menjamin keakuratan pembacaan frekuensi/panjang gelombang yang diukur atau yang dihasilkan.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekuivalen dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam yang mengadung ion-ion kompleks dikenal  sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Misalnya heksamin koballt (III) klorida, Co(NH3)6 Cl3, dan kalium heksasiano ferat (III), K3Fe(CN)6. (Harjadi,W,1990)
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda  (Khopkar, 2003).
Teknik spektroskopi IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsional mengidentifikasi senyawa , menentukan struktur molekul, mengetahui kemurnian dan mempelajari reaksi yang sedang berjalan. Senyawa yang dianalisa berupa senyawa organik maupun anorganik. Hampir semua senyawa dapat menyerap radiasi inframerah (Mudzakir, 2008).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Basset,1994).
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1. Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1yang dikenal sebagai wavenumber(1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari% ditransmisikan bersekongkol melawan wavenumber. Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C = O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670-1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein, 2002)
Instrumen spektroskopi IR terdiri dari beberapa komponen:
1.Sumber Radiasi
         a)      Meinst glower
                    Berbentuk silinder diameter 1 X 2 mm dan panjang 20 mm.
         b)      Sumber globar
                    Berupa batang silikon karbida, panjang 50 mm dan diameter 5 mm.
         c)      Kawat berpijar
                         Kawat nikon yang dipanaskan pada 110 K oleh arus listrik.
2.Sampel
                   Terdiri dari padat, cair dan gas.
3.Monokromator
         Untuk meminimalkan sinar setelah melewati sampel yang tidak dikehendaki.
4.Detektor
                   Yang sering digunakan dalam IR yaitu:
v   Thermal transducer
v   Pyroelectric transducer
v   Bolometer
5.Recorder
Tidak ada pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar IR, maka cuplikan dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat digerus pada muortar kecil bersama Kristal KBr kering Dalam jumlah sedikit (0,5-2 mg cuplikan sampai 100 mg KBr kering) campuran tersebut dipres diantara 2 sekrup memakai kunci kemudian kedua sekrupnya dan baut berisi tablet cuplikan tipis diletakkan di tempat sel spektrofotometer infrared dengan lubang mengarah ke sumber radiasi (Hendayana, 1994).

III.    ALAT DAN BAHAN
A.        Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Spektrofotometer FTIR Spectrum One Perkin Elmer, labu ukur, beker gelas, batang pengaduk, sel KBr “sealed cell” 0,05 mm, dan neraca analitik.
B.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah metanol, kafein, dan Extra Joss.

IV.   PROSEDUR KERJA
A. Pengukuran Kafein Dalam Sampel Minuman Berenergi (Extra Joss)
1) Ditimbang serbuk sampel diatas neraca analitik sebanyak 0,5 gram
2) Dilarutkan dalam sedikit methanol, aduk sampai larut
3) Dipindahkan ke labu ukur 25 mL
4) Ditambahkan methanol sampai tanda batas, kocok sampai homogeny
5) Dibaca pada alat spektrofotometer FTIR dengan bilangan gelombang 2000-4000 cm-1
6) Dibandingkan hasil dari sampel uji (Extra Joss) dengan hasil dari sampel murni (kafein)
V.      HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sampel Extra Joss
Jenis Molekul
Frekuensi
Hasil
Alkana
3000-2850
Ada
Alkena (stretch)
3100-3000
Tidak ada
Alkena (bidang)
1000-650
Tidak ada
Aromatik (stretch)
3150-3050
Tidak ada
Aromatik (bidang)
900-690
Tidak ada
Alkuna
+/- 3300
Ada
Aldehida
2900-2700
Ada
C=C Alkena
1680-600
Tidak ada
Aromatik
1600-1475
Tidak ada
Alkuna
2250-2100
Tidak ada
C=O Aldehida
1740-1720
Tidak ada
Keton
1725-1705
Tidak ada
Asam Karboksilat
1725-1700
Tidak ada
Ester
1750-1730
Tidak ada
Amida
1670-1640
Tidak ada
Anhidra
1810-1760
Tidak ada
Asam Klorida
1800
Tidak ada
C-O Alkohol, ester, asam karboksilat, anhidrida
1300-1000
Tidak ada
C-H Alkohol, fenol
3650-3600
Tidak ada
Asam Karboksilat
3400-2400
Ada
N-H Amida primer dan sekunder
3500-3100
Ada
C=N Amina
1690-1640
Tidak ada
C=N Nitril
2260-2240
Tidak ada
N=O Nitro (R-NO2)
1550 dan 1350
Tidak ada
S-H Merkaptan
2550
Tidak ada
S=O Sulfat, sulfonamide
1200-1140
Tidak ada
C-X Florida
1400-1000
Tidak ada
Klorida
800-600
Tidak ada
Bromida
667
Tidak ada

Tabel 2. Hasil Pengamatan Sampel Kafein Murni
Jenis Molekul
Frekuensi
Hasil
Alkana
3000-2850
Ada
Alkena (stretch)
3100-3000
Tidak ada
Alkena (bidang)
1000-650
Tidak ada
Aromatik (stretch)
3150-3050
Tidak ada
Aromatik (bidang)
900-690
Tidak ada
Alkuna
+/- 3300
Ada
Aldehida
2900-2700
Ada
C=C Alkena
1680-1600
Tidak ada
Aromatik
1600-1475
Tidak ada
Alkuna
2250-2100
Tidak ada
C=O Aldehida
1740-1720
Tidak ada
Keton
1725-1705
Tidak ada
Asam Karboksilat
1725-1700
Tidak ada
Ester
1750-1730
Tidak ada
Amida
1670-1640
Tidak ada
Anhidra
1810-1760
Tidak ada
Asam Klorida
1800
Tidak ada
C-O Alkohol, ester, asam karboksilat, anhidrida
1300-1000
Tidak ada
C-H Alkohol, fenol
3650-3600
Tidak ada
Asam Karboksilat
3400-2400
Ada
N-H Amida primer dan sekunder
3500-3100
Ada
C=N Amina
1690-1640
Tidak ada
C=N Nitril
2260-2240
Tidak ada
N=O Nitro (R-NO2)
1550 dan 1350
Tidak ada
S-H Merkaptan
2550
Tidak ada
S=O Sulfat, sulfonamide
1200-1140
Tidak ada
C-X Florida
1400-1000
Tidak ada
Klorida
800-600
Tidak ada
Bromida
667
Tidak ada

B.       Pembahasan
Percobaan ini berjudul “Mengenal dan Kalibrasi Alat Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR)”. Percobaan ini bertujuan untuk dapat memahami prinsip kerja alat spektrofotometer FTIR, mengetahui cara mengkalibrasi alat spektrofotometer FTIR sebagai dasar untuk menjamin keakuratan pembacaan frekuensi/panjang gelombang yang diukur atau dihasilkan. Spektrofotometri adalah analisa instrumen yang membahas tentang molekul dan radiasi elektromagnetik yang mempunyai struktur umum. Spektrofotometri adalah suatu metode analisi kimia yang di gunakan untuk menerapkan kadar suatu zat atau senyawa dengan menggunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen molekul dengan radiasi elektromagnetik, yang energinya sesuai. Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang merupakan garis spektrum. Berdasarkan hokum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia) sebagian dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Keuntungan dari spektrofotometer untuk keperluan analisis kuantitatif adalah dapat digunakan secara luas, memiliki kepekaan yang tinggi, keselektifannya cukup baik, dan tingkat ketelitiannya tinggi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blankodan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
Hasil yang didapatkan pada pengujian sampel uji (Extra Joss) terdapat sembilan puncak bilangan gelombang, yaitu gelombang 2832 cm-1 (aldehida), 2935 cm-1(C-H alkana), 3233 cm-1 (asam karboksilat), 3287 cm -1(N-H amida primer dan sekunder), 3318 cm-1, 3318 cm-1(alkuna), 3348 cm-1 (alkuna), 3378 cm-1 (alkuna), 3415 cm-1(N-H primer dan sekunder), dan 3463 cm-1 (N-H amida primer dan sekunder). Sedangkan hasil yang didapat pada sampel murni (kafein) yaitu diperoleh tujuh puncak bilangan gelombang, yaitu 2832 cm-1(aldehida), 2938 cm-1 (C-H alkana), 3272 cm-1 (asam karboksilat), 3312 cm-1 (alkuna), 3345 cm-1 (alkuna), 3372 cm-1 (alkuna), 3400 cm-1 (N-H amida primer dan sekunder). Hasil ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji (Extra Joss) sesuai dengan sampel murni (kafein), yang berarti sampel uji (Extra Joss)  positif mengandung senyawa kafein.

VI.   KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan yaitu :
1.      Bahan yang digunakan adalah sampel uji (Extra Joss) dan sampel murni (kafein).
2.      Hasil yang didapatkan pada pengujian sampel uji (Extra Joss) terdapat sembilan puncak bilangan gelombang, yaitu 2832 cm-1 (aldehida), 2935 cm-1 (C-H alkana), 3233 cm-1(asam karboksilat), 3287 cm -1 (N-H amida primer dan sekunder), 3318 cm-1, 3318 cm-1 (alkuna), 3348 cm-1 (alkuna), 3378 cm-1 (alkuna), 3415 cm-1 (N-H primer dan sekunder), dan 3463 cm-1 (N-H amida primer dan sekunder).
3.      Hasil yang didapat pada sampel murni (kafein) yaitu diperoleh tujuh puncak bilangan gelombang, yaitu 2832 cm-1(aldehida), 2938 cm-1 (C-H alkana), 3272 cm-1 (asam karboksilat), 3312 cm-1 (alkuna), 3345 cm-1 (alkuna), 3372 cm-1 (alkuna), 3400 cm-1 (N-H amida primer dan sekunder).
4.      Sampel yang diuji (Extra Joss) positif mengandung senyawa kafein.


DAFTAR PUSTAKA
Basset ,J . 1994 . Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.

Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit Gramedia, Jakarta.

Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Press.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. John Wiley & Sons Ltd. New York.

Mudzakir , A . 2008 . Praktikum Kimia Anorganik . Bandung ; Jurusan Pendidikan.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "MENGENAL DAN KALIBRASI ALAT SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)"

Post a Comment